Wednesday, February 17, 2016

Tiga Kisah Cinta Tragis Dari Indonesia

1. Mak Lampir

Mak Lampir merupakan legenda yang berasal dari Sumatera. Kemudian diadaptasi di pulau Jawa karena adanya Gunung Merapi. Bagi Kamu penggemar film laga pasti mengenal sosok Mak Lampir. Dalam sebuah film, sosok Mak Lampir digambarkan menyerupai nenek sihir yang menyeramkan. Namun ternyata nih guys, Mak Lampir dulunya merupakan seorang putri nan cantik jelita dari kerajaan kuno Champa. Kerajaan Champa yaitu kerajaan yang pernah menguasai daerah yang sekarang termasuk Vietnam tengah dan selatan, diperkirakan antara abad ke 7 sampai dengan 1832.

Awal cerita, dahulu kala Mak Lampir jatuh cinta dengan seorang pimpinan dari pasukan harimau yang bernama Datuk Panglima Kumbang. Namun sayangnya cinta Mak Lampir tidak direstui oleh orang tuanya nih guys. Akhirnya Mak Lampir dibuang oleh orang tuanya. Sejak saat itulah Mak Lampir memutuskan untuk melakukan pertapaan di Gunung Merapi. Kemudian bergurulah Mak Lampir dengan seorang pertapaan yang sakti mandra guna, hingga akhirnya Mak Lampir mempunyai kekuatan yang tak tertandingi.



Mak Lampir pun tidak mengetahui kalau sebenarnya Datuk juga mencintainya. Sampai akhirnya meraka dipertemukan dalam sebuah pertempuran yang menewaskan sang Datuk. Menjelang kematian sang Datuk, Mak Lampir baru mengetahui kalau sang Datuk juga mencintainya. Dia pun menyesal, kemudian Dia mengikat jiwa sang Datuk ke bumi dengan risiko tubuh dan wajahnya berubah menjadi buruk rupa.


Namun sayangnya harapan pun tidak sesuai dengan kenyataan nih guys. Ketika sang Datuk hidup kembali, Dia tidak mengenali Mak Lampir yang dicintainya. Dia menganggap Mak Lampir adalah setan penebar teror di masyarakat. 

2. Roro Jonggrang

Jika Kamu pernah mengunjungi Candi Prambanan pasti juga mengetahui legenda Roro Jonggrang. Yah, Roro Jonggrang merupakan legenda yang berasal dari Candi Prambanan. Alkisah pada jaman dahulu kala terdapat sebuah kerajaan di Prambanan. Raja dari kerajaan tersebut mempunyai seorang putri yang cantik yang bernama Roro Jonggrang


Kecantikan Roro Jonggrang pun memikat banyak laki-laki termasuk Bandung Bondowoso. Dia pun meminta Roro Jonggrang menjadi permaisurinya. Namun dikarenakan Bandung Bondowoso telah membunuh ayahanda dari Roro Jonggrang, maka Dia pun mencari alasan untuk menolak lamarannya. Dia pun membuat persyaratan yang tak masuk akal yaitu Bandung Bondowoso harus membangun seribu candi dalam semalam. Mustahil sih bagi orang biasa, namun bagi Bandung Bondowoso apapun akan dilakukan demi mendapatkan Roro Jonggrang.

Bandung Bondowoso meminta bantuan jin untuk membangun seribu candi tersebut. Mengetahui hal tersebut, Roro Jonggrang merasa cemas dan Dia pun meminta para dayangnya untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Para dayangnya pun menabuhkan lumbung sebagai tanda hari sudah pagi, meskipun sebenarnya hari masih malam.

Mengetahui kecurangan yang dilakukan Roro Jonggrang, Bandung Bondowoso pun marah. Dia mengutuk Roro Jonggrang menjadi pelengkap candi keseribunya. Dia pun juga mengutuk para dayang yang juga turut membantunya.


3. Legenda SIti Fatimah

Legenda ini berasal dari Pulau Kemaro Palembang. Diceritakan bahwa ada seorang putri bernama Siti Fatimah. Dia menikah dengan seorang saudagar kaya asal Tiongkok yang bernama Tan Bun An. Pasangan tersebut pulang dari Tiongkok dengan membawa tujuh guci dari orang tua Tan Bun An. Namun ketika sampai di pesisisr sungai musi, Tan Bun An terkejut bukan main ketika melihat isi guci-guci tersebut hanyalah sawi asin. Saking kecewanya nih guys, Tan Bun An pun melemparkan guci-guci tersebut ke dalam sungai.


Ketika hanya tertinggal satu guci yang tersisa dan guci tersebut pecah di dek kepala kapal, Dia pun baru mengetahui ternyata guci-guci tersebut berisi emas. Tanpa berpikir panjang, Tan Bun An lalu menjebur ke dalam seungai namun Dia tak kunjung muncul ke permukaan. Mengetahui hal tersebut, Siti Fatimah pun menjebur ke dalam sungai dengan harapan suaminya dapat ia temukan. Namun nasib pun berkata lain, Siti Fatimah pun juga ikut tenggelam.


(sumber: kaskus)

No comments:

Post a Comment